Toilet Training pada Anak

Senin, 29 November 2010


BAB I
Pendahuluan
Puji sukur saya ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas izinnyalah saya bisa menyusun makalah singkat tentang toilet training pada anak. Adapun latar belakang secara khusus saya mengambil materi ini karena berhubungan dengan jurusan kuliah yang saya ambil dan untuk memenuhi tugas softskill yang telah ditentukan.
Seperti kita ketahui, anak – anak khususnya masa perkembangan 3 tahun pertama sangat penting bagi perkembangan manusia, oleh karena itu saya mencoba merangkum berbagai macam materi dari berbagai sumber yang bertujuan untuk menambah pengetahuan kita bersama. Toilet training merupakan suatu tahapan yang harus diajarkan sejak dini pada seorang anak, karena hal ini akan berpengaruh pada perkembangan selanjutnya
BAB 2
Isi
Toilet training (mengajarkan anak ke toilet) adalah cara anak untuk mengontrol kebiasaan membuang hajatnya di tempat yang semestinya, sehingga tidak sembarang membuang hajatnya. Hal yang menyebalkan sekaligus menggemaskan buat orang tua adalah pada saat buah hatinya buang air kecil (BAK) atau buang air besar (BAB) di lantai yang sudah bersih. Kalau bukan sayang kepada sang buah hati ini, tentu saja cacian dan marahan bakal terlontar dari mulut orang tua yang mendapati anaknya sedang BAK dan BAB disembarang tempat. Salah satu cara menyiasati agar anak tidak BAK dan BAB disembarang tempat adalah dengan mengajarkan toilet training sedini mungkin pada si kecil. Buang air besar (BAB) dan air kecil (BAK) bukanlah suatu masalah besar, namun bagi anak balita, mandiri untuk bisa BAB dan BAK hal yang patut diacungi jempol. Minimal, anak bisa memberi tanda-tanda saat akan BAK atau BAB. Bagaimana melatih kemandirian anak untuk bisa BAB atau BAK.

Bisa Dimulai Sejak Usia 2 Bulan
Memang untuk mengajarkan toilet training pada anak gampang-gampang susah. Namun demikian sebagai orangtua tetap perlu mengajarkan pada anaknya. Untuk mengajarkan toilet training pada anak bisa dimulai sejak usia 1 sampai 3 tahun. Pada saat usia tersebut, si anak harus mampu melakukan toilet training. Jika si anak tidak mampu melakukan toilet training sendiri boleh jadi anak pernah mengalami hambatan.
Cara orangtua mendidik anaknya agar terbiasa untuk dapat pipis atau BAB sesuai waktunya, stimulasinya bisa dimulai sejak usia 2 bulan. Caranya, orangtua bisa memeriksa popoknya atau mengganti popoknya setelah basah. Karena orangtua sebagai orang yang terdekat dengan anaknya mengetahui kapan waktu anaknya BAK atau pun BAB.
Apabila anak sejak usia 2 bulan tidak mampu diajarkan toilet training, tidak ada salahnya anak diajarkan saat usia 1 tahun. Perlu diingat anak pada usia 1 tahun mengalami fase anal. Pada fase ini anak mencapai kepuasan melalui bagian anus. Fase kepuasan ini berhubungan dengan kebersihan dan jadwal kedisiplinan.
Jadi, seorang anak minimal sudah diajarkan sejak usia 1 tahun. Bila anak diajarkan ketika berusia lebih dari 3 tahun dikhawatirkan akan agak susah mengubah perilaku anak. Selain itu, bila anak sudah lebih dari 3 tahun belum mampu untuk toilet training, boleh jadi ia mengalami kemunduran. Karena pada saat usia 1 sampai 3 tahun ia belum mampu melakukan buang air sesuai dengan waktu dan tempat yang telah ditentukan. Akibatnya, anak bisa menjadi bahan cemoohan teman-temannya.
Anak usia 4 tahun yang tidak mampu BAK atau BAB sesuai waktu dan tempat yang telah disediakan boleh dianggap kurang wajar. Tetapi pada usia tiga tahun masih dianggap wajar bila BAK atau BAB di celananya. Namun begitu, bukan berarti orangtua membiarkan saja. Berilah pengertian pada anak bahwa cara yang dilakukan tidaklah tepat.
Masalah kemandirian anak BAK dan BAB boleh dikatakan tidak ada perbedaan antara anak wanita dan laki-laki. Biasanya anak wanita lebih penurut, maka ia akan lebih cepat diajarkan untuk toilet training dibanding anak laki-laki. Namun demikian untuk mengajarkan toilet training pada laki-laki pun harus bisa.
Usia 3 Tahun Masih Wajar
Kebiasaan mengompol pada anak di bawah usia 2 tahun merupakan hal yang wajar, bahkan ada beberapa anak yang masih mengompol pada usia 4-5 tahun dan sesekali terjadi pada anak 7 tahun. Anak di bawah usia 2 tahun mengompol karma belum sempumanya kontrol kandung kemih atau toilet trainingnya.
Ada beberapa penelitian dan literatur yang menyebutkan kira-kira setengah dari anak umur 3 tahun masih mengompol. Bahkan beberapa ahli menganggap bahwa anak umur enam tahun masih mengompol itu wajar, walaupun itu hanya dilakukan oleh sekitar 12 % anak umur 6 tahun. Tapi, bukan berarti anak tidak diajarkan bagaimana cara benar untuk buang air kecil (BAK) dan buang air besar (BAB) yang benar dan di tempat yang tepat bukan? Karena kita juga harus memperhitungkan masa sekolah anak, di mana biasanya ketika sudah bersekolah ada tuntutan bagi anak untuk tidak lagi pipis sembarangan.
Cara orangtua mendidik anaknya agar terbiasa untuk dapat pipis atau BAB sesuai waktunya, stimulasinya bisa dimulai sejak usia 2 bulan. Caranya, orangtua bisa memeriksa popoknya atau mengganti popoknya setelah basah. Karena orangtua sebagai orang yang terdekat dengan anaknya mengetahui kapan waktu anaknya BAK atau pun BAB.
Apabila anak sejak usia 2 bulan tidak mampu diajarkan toilet training, tidak ada salahnya anak diajarkan saat usia 1 tahun. Perlu diingat anak pada usia 1 tahun mengalami fase anal. Pada fase ini anak mencapai kepuasan melalui bagian anus. Fase kepuasan ini berhubungan dengan kebersihan dan jadwal kedisiplinan.
Jadi, seorang anak minimal sudah diajarkan sejak usia 1 tahun. Bila anak diajarkan ketika berusia lebih dari 3 tahun dikhawatirkan akan agak susah mengubah perilaku anak. Selain itu, bila anak sudah lebih dari 3 tahun belum mampu untuk toilet training, boleh jadi ia mengalami kemunduran. Karena pada saat usia 1 sampai 3 tahun ia belum mampu melakukan buang air sesuai dengan waktu dan tempat yang telah ditentukan. Akibatnya, anak bisa menjadi bahan cemoohan teman-temannya.
Anak usia 4 tahun yang tidak mampu BAK atau BAB sesuai waktu dan tempat yang telah disediakan boleh dianggap kurang wajar. Tetapi pada usia tiga tahun masih dianggap wajar bila BAK atau BAB di celananya. Namun begitu, bukan berarti orangtua membiarkan saja. Berilah pengertian pada anak bahwa cara yang dilakukan tidaklah tepat.
Tanda si Kecil Siap
Beberapa tanda si kecil siap melakukan toilet training:
1.      Tidak mengompol beberapa jam sehari, atau bila ia berhasil bangun tidur tanpa mengompol sedikit pun, -
2.       Waktu buang airnya sudah bisa diperkirakan,
3.      Sudah bisa memberitahu bila celana atau popok sekali pakainya sudah kotor ataupun basah.
4.      Tertarik dengan kebiasaan masuk ke dalam toilet, seperti kebiasaan orang-orang lain di dalam rumahnya.
5.      Minta untuk diajari menggunakan toilet.
Tahapan Toilet Training
Mengajarkan toilet training memerlukan beberapa tahapan:
Ø  Biasakan menggunakan toilet pada buah hati untuk buang air.
Mulailah dengan membiasakan anak masuk ke dalam WC. Latih si kecil untuk duduk di toilet meski dengan pakaian lengkap. saat si kecil sedang membiasakan diri di toilet, Anda dapat menjelaskan kegunaan toilet. Nah, agar si kecil tidak takut di toilet, Anda dapat menemaninya sambil membacakan buku atau menyanyikan lagu kesayangannya.
Ø  Lakukan secara rutin pada si kecil ketika terlihat ingin buang air.
Sejak si kecil terbiasa dengan toiletnya, ajaklah ia untuk menggunakannya. Biarkan ia duduk di toilet pada waktu-waktu tertentu setiap hari, terutama 20 menit setelah bangun tidur dan seusai makan. Bila pada waktu-waktu itu, si kecil sudah duduk di toilet namun tidak ingin buang air, ajak ia segera keluar dari toilet. Bila sekali-sekali ia mengompol, itu merupakan hal yang normal. Anda juga tak perlu khawatir dan memaksanya bila si kecil kadang-kadang mogok dan tak mau ke toilet.
Ø  Pujilah bila ia berhasil, meskipun kemajuannya tidak secepat yang anda inginkan
Bila si anak mengalami kecelakaan segera bersihkan dan jangan menyalahkannya. Jadilah model yang baik, agar si kecil lebih mudah mengerti. Contohkan padanya bagaimana menggunakan toilet sehari-hari.
Jika anak mengalami stress saat dikenalkan toilet training, malah akan mempersulit waktu belajarnya. Perlu diingat juga, orang tua tidak dapat mengontrol kapan dan dimana anak akan membuang hajatnya, kecuali si anak sendiri.
BAB 3
Kesimpulan
Toilet training (mengajarkan anak ke toilet) adalah cara anak untuk mengontrol kebiasaan membuang hajatnya di tempat yang semestinya, sehingga tidak sembarang membuang hajatnya. Hal yang menyebalkan sekaligus menggemaskan buat orang tua adalah pada saat buah hatinya buang air kecil (BAK) atau buang air besar (BAB) di lantai yang sudah bersih. Kalau bukan sayang kepada sang buah hati ini, tentu saja cacian dan marahan bakal terlontar dari mulut orang tua yang mendapati anaknya sedang BAK dan BAB disembarang tempat. Salah satu cara menyiasati agar anak tidak BAK dan BAB disembarang tempat adalah dengan mengajarkan toilet training sedini mungkin pada si kecil.
Seorang anak minimal sudah diajarkan sejak usia 1 tahun. Bila anak diajarkan ketika berusia lebih dari 3 tahun dikhawatirkan akan agak susah mengubah perilaku anak. Selain itu, bila anak sudah lebih dari 3 tahun belum mampu untuk toilet training, boleh jadi ia mengalami kemunduran. Karena pada saat usia 1 sampai 3 tahun ia belum mampu melakukan buang air sesuai dengan waktu dan tempat yang telah ditentukan. Akibatnya, anak bisa menjadi bahan cemoohan teman-temannya.
Anak usia 4 tahun yang tidak mampu BAK atau BAB sesuai waktu dan tempat yang telah disediakan boleh dianggap kurang wajar. Tetapi pada usia tiga tahun masih dianggap wajar bila BAK atau BAB di celananya. Namun begitu, bukan berarti orangtua membiarkan saja. Berilah pengertian pada anak bahwa cara yang dilakukan tidaklah tepat.
Masalah kemandirian anak BAK dan BAB boleh dikatakan tidak ada perbedaan antara anak wanita dan laki-laki. Biasanya anak wanita lebih penurut, maka ia akan lebih cepat diajarkan untuk toilet training dibanding anak laki-laki. Namun demikian untuk mengajarkan toilet training pada laki-laki pun harus bisa.
Tanda si Kecil Siap
Beberapa tanda si kecil siap melakukan toilet training:
6.      Tidak mengompol beberapa jam sehari, atau bila ia berhasil bangun tidur tanpa mengompol sedikit pun, -
7.       Waktu buang airnya sudah bisa diperkirakan,
8.      Sudah bisa memberitahu bila celana atau popok sekali pakainya sudah kotor ataupun basah.
9.      Tertarik dengan kebiasaan masuk ke dalam toilet, seperti kebiasaan orang-orang lain di dalam rumahnya.
10.  Minta untuk diajari menggunakan toilet.
Tahapan Toilet Training
Mengajarkan toilet training memerlukan beberapa tahapan:
Ø  Biasakan menggunakan toilet pada buah hati untuk buang air.
Mulailah dengan membiasakan anak masuk ke dalam WC. Latih si kecil untuk duduk di toilet meski dengan pakaian lengkap. saat si kecil sedang membiasakan diri di toilet, Anda dapat menjelaskan kegunaan toilet. Nah, agar si kecil tidak takut di toilet, Anda dapat menemaninya sambil membacakan buku atau menyanyikan lagu kesayangannya.
Ø  Lakukan secara rutin pada si kecil ketika terlihat ingin buang air.
Sejak si kecil terbiasa dengan toiletnya, ajaklah ia untuk menggunakannya. Biarkan ia duduk di toilet pada waktu-waktu tertentu setiap hari, terutama 20 menit setelah bangun tidur dan seusai makan. Bila pada waktu-waktu itu, si kecil sudah duduk di toilet namun tidak ingin buang air, ajak ia segera keluar dari toilet. Bila sekali-sekali ia mengompol, itu merupakan hal yang normal. Anda juga tak perlu khawatir dan memaksanya bila si kecil kadang-kadang mogok dan tak mau ke toilet.
Ø  Pujilah bila ia berhasil, meskipun kemajuannya tidak secepat yang anda inginkan
Bila si anak mengalami kecelakaan segera bersihkan dan jangan menyalahkannya. Jadilah model yang baik, agar si kecil lebih mudah mengerti. Contohkan padanya bagaimana menggunakan toilet sehari-hari.

Dafar Pustaka

1 komentar:

Anonim mengatakan...

Play at the BEST CASINO site! - Lucky Club Live
The best casino experience can't be better than at a casino. With our exciting gaming and great promotions, you'll be luckyclub.live awarded a great gaming

Posting Komentar