Tips Praktis Mengatasi anak Susah Makan

Selasa, 30 November 2010


1.      Minum susu terlalu banyak
Susu di banyak keluarga dianggap sebagai makanan dewa yang bisa menggantikan makanan utama seprti nasi, sayur & lauk pauknya Orangtua cenderung kurang sabar memberikan makanan kasar. Atau orang tua sering takut anaknya kelaparan, sehingga makanan diganti dengan susu..Akhirnya, daripada perut si anak tidak kemasukan makanan, diberikan saja susu berlebihan. Padahal setelah anak berusia 1 tahun , kehadiran susu dalam menu sehari-hari bukanlah hal wajib. Secara gizi, susu hanya untuk memenuhi kebutuhan kalsium dan fosfor saja. Kalsium dan fosfor ini dengan mudah kita dapatkan dalam ikan-ikanan, sayur & buah.
Tips : Kurangi susu ! Di atas usia 1 tahun kebutuhan susu hanya 2 gelas sehari. Mulailah melatih anak dengan berbagai jenis makanan. Ubah pola pikir orangtua.

2.      Terpengaruh kebiasaan orang tuanya. 
Anak suka meniru apa yang dilakukan oleh anggota keluarga lainnya, terutama orang tuanya. Banyak perilaku yang dilakukan orangtuanya yang mempengaruhi perilaku makan anak. Misal. anak yang tumbuh dalam  lingkungan keluarga yang malas makan (ex. diet), akan mengembangkan perilaku malas makan juga. Perilaku lainnya, sering kita jumpai orang tua masih menyuapi anak yang sudah kelas V SD. Akibatnya anak tidak terlatih untuk bisa makan sendiri. Perilaku makan yang kurang pas juga seperti kebiasaan orangtua ketika menenangkan anak yang sedang rewel dengan cara membelikan jajanan yang padat kalori (permen, minuman ringan, coklat, dsb.). Akibatnya anak kekenyangan & malas makan.
Tips :  Perhatikan & ubah kebiasaan & perilaku orang tua kapanpun, termasuk perilaku makan. Ingat, anak merekam, belajar & menerapkan semua hal yang ia dapat dari lingkungan sekitarnya, terutama orangtuanya. Biarkan anak mencoba memakan makanan sendiri sejak dini, tanpa disuapi. Tidak perlu takut berantakan. Feeding is about learning.

3.      Munculnya sikap negativistik รจ fase normal yang dilewati tiap anak.
Pada usia >2 th, anak sering membangkang / tidak mau patuh. Saat makan tiba, anak terkadang bilang tidak mau, makanannya suka dilepeh atau dilempar, dsb. Ini disebut sikap negativistik. Sikap negativistik merupakan fase normal yang dilalui tiap anak usia balita. Sikap ini juga suatu bagian dari tahapan perkembangannya untuk menunjukkan keinginan untuk independent . Jadi batita umumnya ditandai dengan AKU, artinya segala sesuatunya harus berasal dari AKU bukan dari orang lain; intinya power. Banyak orangtua yang tidak memahami hal ini, sehingga lantaran khawatir kecukupan gizi anak tidak terpenuhi, orang tua biasanya makin keras memaksa anaknya makan. Ada orangtua yang mengancam anaknya bahkan memukul. Cara – cara  tersebut harus dihindari. Justru semakin anak pada usia ini dipaksa, justru akan makin melawan (sebagai wujud negativistiknya) . Realisasinya apalagi kalau bukan penolakan terhadap makanan. Bisa dimaklumi kalau ada orang yang
sampai dewasa males makan nasi atau sama sekali tak menyentuh daging. Bisa jadi sewaktu masih kecil yang bersangkutan sempat mengalami trauma akibat perlakuan orang tuanya yang selalu memberinya makan secara paksa.
Tips : Pahami kondisi anak dengan baik. Jadilah orangtua yang otoritatif. Artinya bersikap tidak memaksa, tetapi juga tidak membiarkan begitu saja. Bina komunikasi yang baik dengan anak. Bersabarlah menghadapi anak. Rumah adalah madrasah pertama & utama bagi anak.

4.      Anak sedang sakit / sedih
Anak tidak mau makan dapat juga disebabkan karena anak sedang sakit atau sedang sedih. Kalau semula anak terlihat aktif, riang dan cerewet, maka di kala sakit ia lebih suka diam dan terlihat malas-malasan.
Tips : Kembali pada konsep bina komunikasi yang baik. Jangan paksakan anak kalau tidakmau makan. Beri makanan ringan yang padat kalori, seperti makaroni skutel, dsb.  Yang jelas dan perlu diingat baik2 oleh tiap orangtua adalah, seberapapun anak tidak mau / susah makan, ia tidak akan membiarkan dirinya kelaparan ! Selama mentalnya sehat. Artinya, begitu ia kelaparan, maka ia akan makan.  Tetap kreatif mengolah & menyajikan makanan, bina komunikasi yang baik, terus belajar menjadi orangtua & memahami kondisi anak, dan bersabar.



Toilet Training pada Anak

Senin, 29 November 2010


BAB I
Pendahuluan
Puji sukur saya ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas izinnyalah saya bisa menyusun makalah singkat tentang toilet training pada anak. Adapun latar belakang secara khusus saya mengambil materi ini karena berhubungan dengan jurusan kuliah yang saya ambil dan untuk memenuhi tugas softskill yang telah ditentukan.
Seperti kita ketahui, anak – anak khususnya masa perkembangan 3 tahun pertama sangat penting bagi perkembangan manusia, oleh karena itu saya mencoba merangkum berbagai macam materi dari berbagai sumber yang bertujuan untuk menambah pengetahuan kita bersama. Toilet training merupakan suatu tahapan yang harus diajarkan sejak dini pada seorang anak, karena hal ini akan berpengaruh pada perkembangan selanjutnya
BAB 2
Isi
Toilet training (mengajarkan anak ke toilet) adalah cara anak untuk mengontrol kebiasaan membuang hajatnya di tempat yang semestinya, sehingga tidak sembarang membuang hajatnya. Hal yang menyebalkan sekaligus menggemaskan buat orang tua adalah pada saat buah hatinya buang air kecil (BAK) atau buang air besar (BAB) di lantai yang sudah bersih. Kalau bukan sayang kepada sang buah hati ini, tentu saja cacian dan marahan bakal terlontar dari mulut orang tua yang mendapati anaknya sedang BAK dan BAB disembarang tempat. Salah satu cara menyiasati agar anak tidak BAK dan BAB disembarang tempat adalah dengan mengajarkan toilet training sedini mungkin pada si kecil. Buang air besar (BAB) dan air kecil (BAK) bukanlah suatu masalah besar, namun bagi anak balita, mandiri untuk bisa BAB dan BAK hal yang patut diacungi jempol. Minimal, anak bisa memberi tanda-tanda saat akan BAK atau BAB. Bagaimana melatih kemandirian anak untuk bisa BAB atau BAK.

Bisa Dimulai Sejak Usia 2 Bulan
Memang untuk mengajarkan toilet training pada anak gampang-gampang susah. Namun demikian sebagai orangtua tetap perlu mengajarkan pada anaknya. Untuk mengajarkan toilet training pada anak bisa dimulai sejak usia 1 sampai 3 tahun. Pada saat usia tersebut, si anak harus mampu melakukan toilet training. Jika si anak tidak mampu melakukan toilet training sendiri boleh jadi anak pernah mengalami hambatan.
Cara orangtua mendidik anaknya agar terbiasa untuk dapat pipis atau BAB sesuai waktunya, stimulasinya bisa dimulai sejak usia 2 bulan. Caranya, orangtua bisa memeriksa popoknya atau mengganti popoknya setelah basah. Karena orangtua sebagai orang yang terdekat dengan anaknya mengetahui kapan waktu anaknya BAK atau pun BAB.
Apabila anak sejak usia 2 bulan tidak mampu diajarkan toilet training, tidak ada salahnya anak diajarkan saat usia 1 tahun. Perlu diingat anak pada usia 1 tahun mengalami fase anal. Pada fase ini anak mencapai kepuasan melalui bagian anus. Fase kepuasan ini berhubungan dengan kebersihan dan jadwal kedisiplinan.
Jadi, seorang anak minimal sudah diajarkan sejak usia 1 tahun. Bila anak diajarkan ketika berusia lebih dari 3 tahun dikhawatirkan akan agak susah mengubah perilaku anak. Selain itu, bila anak sudah lebih dari 3 tahun belum mampu untuk toilet training, boleh jadi ia mengalami kemunduran. Karena pada saat usia 1 sampai 3 tahun ia belum mampu melakukan buang air sesuai dengan waktu dan tempat yang telah ditentukan. Akibatnya, anak bisa menjadi bahan cemoohan teman-temannya.
Anak usia 4 tahun yang tidak mampu BAK atau BAB sesuai waktu dan tempat yang telah disediakan boleh dianggap kurang wajar. Tetapi pada usia tiga tahun masih dianggap wajar bila BAK atau BAB di celananya. Namun begitu, bukan berarti orangtua membiarkan saja. Berilah pengertian pada anak bahwa cara yang dilakukan tidaklah tepat.
Masalah kemandirian anak BAK dan BAB boleh dikatakan tidak ada perbedaan antara anak wanita dan laki-laki. Biasanya anak wanita lebih penurut, maka ia akan lebih cepat diajarkan untuk toilet training dibanding anak laki-laki. Namun demikian untuk mengajarkan toilet training pada laki-laki pun harus bisa.
Usia 3 Tahun Masih Wajar
Kebiasaan mengompol pada anak di bawah usia 2 tahun merupakan hal yang wajar, bahkan ada beberapa anak yang masih mengompol pada usia 4-5 tahun dan sesekali terjadi pada anak 7 tahun. Anak di bawah usia 2 tahun mengompol karma belum sempumanya kontrol kandung kemih atau toilet trainingnya.
Ada beberapa penelitian dan literatur yang menyebutkan kira-kira setengah dari anak umur 3 tahun masih mengompol. Bahkan beberapa ahli menganggap bahwa anak umur enam tahun masih mengompol itu wajar, walaupun itu hanya dilakukan oleh sekitar 12 % anak umur 6 tahun. Tapi, bukan berarti anak tidak diajarkan bagaimana cara benar untuk buang air kecil (BAK) dan buang air besar (BAB) yang benar dan di tempat yang tepat bukan? Karena kita juga harus memperhitungkan masa sekolah anak, di mana biasanya ketika sudah bersekolah ada tuntutan bagi anak untuk tidak lagi pipis sembarangan.
Cara orangtua mendidik anaknya agar terbiasa untuk dapat pipis atau BAB sesuai waktunya, stimulasinya bisa dimulai sejak usia 2 bulan. Caranya, orangtua bisa memeriksa popoknya atau mengganti popoknya setelah basah. Karena orangtua sebagai orang yang terdekat dengan anaknya mengetahui kapan waktu anaknya BAK atau pun BAB.
Apabila anak sejak usia 2 bulan tidak mampu diajarkan toilet training, tidak ada salahnya anak diajarkan saat usia 1 tahun. Perlu diingat anak pada usia 1 tahun mengalami fase anal. Pada fase ini anak mencapai kepuasan melalui bagian anus. Fase kepuasan ini berhubungan dengan kebersihan dan jadwal kedisiplinan.
Jadi, seorang anak minimal sudah diajarkan sejak usia 1 tahun. Bila anak diajarkan ketika berusia lebih dari 3 tahun dikhawatirkan akan agak susah mengubah perilaku anak. Selain itu, bila anak sudah lebih dari 3 tahun belum mampu untuk toilet training, boleh jadi ia mengalami kemunduran. Karena pada saat usia 1 sampai 3 tahun ia belum mampu melakukan buang air sesuai dengan waktu dan tempat yang telah ditentukan. Akibatnya, anak bisa menjadi bahan cemoohan teman-temannya.
Anak usia 4 tahun yang tidak mampu BAK atau BAB sesuai waktu dan tempat yang telah disediakan boleh dianggap kurang wajar. Tetapi pada usia tiga tahun masih dianggap wajar bila BAK atau BAB di celananya. Namun begitu, bukan berarti orangtua membiarkan saja. Berilah pengertian pada anak bahwa cara yang dilakukan tidaklah tepat.
Tanda si Kecil Siap
Beberapa tanda si kecil siap melakukan toilet training:
1.      Tidak mengompol beberapa jam sehari, atau bila ia berhasil bangun tidur tanpa mengompol sedikit pun, -
2.       Waktu buang airnya sudah bisa diperkirakan,
3.      Sudah bisa memberitahu bila celana atau popok sekali pakainya sudah kotor ataupun basah.
4.      Tertarik dengan kebiasaan masuk ke dalam toilet, seperti kebiasaan orang-orang lain di dalam rumahnya.
5.      Minta untuk diajari menggunakan toilet.
Tahapan Toilet Training
Mengajarkan toilet training memerlukan beberapa tahapan:
ร˜  Biasakan menggunakan toilet pada buah hati untuk buang air.
Mulailah dengan membiasakan anak masuk ke dalam WC. Latih si kecil untuk duduk di toilet meski dengan pakaian lengkap. saat si kecil sedang membiasakan diri di toilet, Anda dapat menjelaskan kegunaan toilet. Nah, agar si kecil tidak takut di toilet, Anda dapat menemaninya sambil membacakan buku atau menyanyikan lagu kesayangannya.
ร˜  Lakukan secara rutin pada si kecil ketika terlihat ingin buang air.
Sejak si kecil terbiasa dengan toiletnya, ajaklah ia untuk menggunakannya. Biarkan ia duduk di toilet pada waktu-waktu tertentu setiap hari, terutama 20 menit setelah bangun tidur dan seusai makan. Bila pada waktu-waktu itu, si kecil sudah duduk di toilet namun tidak ingin buang air, ajak ia segera keluar dari toilet. Bila sekali-sekali ia mengompol, itu merupakan hal yang normal. Anda juga tak perlu khawatir dan memaksanya bila si kecil kadang-kadang mogok dan tak mau ke toilet.
ร˜  Pujilah bila ia berhasil, meskipun kemajuannya tidak secepat yang anda inginkan
Bila si anak mengalami kecelakaan segera bersihkan dan jangan menyalahkannya. Jadilah model yang baik, agar si kecil lebih mudah mengerti. Contohkan padanya bagaimana menggunakan toilet sehari-hari.
Jika anak mengalami stress saat dikenalkan toilet training, malah akan mempersulit waktu belajarnya. Perlu diingat juga, orang tua tidak dapat mengontrol kapan dan dimana anak akan membuang hajatnya, kecuali si anak sendiri.
BAB 3
Kesimpulan
Toilet training (mengajarkan anak ke toilet) adalah cara anak untuk mengontrol kebiasaan membuang hajatnya di tempat yang semestinya, sehingga tidak sembarang membuang hajatnya. Hal yang menyebalkan sekaligus menggemaskan buat orang tua adalah pada saat buah hatinya buang air kecil (BAK) atau buang air besar (BAB) di lantai yang sudah bersih. Kalau bukan sayang kepada sang buah hati ini, tentu saja cacian dan marahan bakal terlontar dari mulut orang tua yang mendapati anaknya sedang BAK dan BAB disembarang tempat. Salah satu cara menyiasati agar anak tidak BAK dan BAB disembarang tempat adalah dengan mengajarkan toilet training sedini mungkin pada si kecil.
Seorang anak minimal sudah diajarkan sejak usia 1 tahun. Bila anak diajarkan ketika berusia lebih dari 3 tahun dikhawatirkan akan agak susah mengubah perilaku anak. Selain itu, bila anak sudah lebih dari 3 tahun belum mampu untuk toilet training, boleh jadi ia mengalami kemunduran. Karena pada saat usia 1 sampai 3 tahun ia belum mampu melakukan buang air sesuai dengan waktu dan tempat yang telah ditentukan. Akibatnya, anak bisa menjadi bahan cemoohan teman-temannya.
Anak usia 4 tahun yang tidak mampu BAK atau BAB sesuai waktu dan tempat yang telah disediakan boleh dianggap kurang wajar. Tetapi pada usia tiga tahun masih dianggap wajar bila BAK atau BAB di celananya. Namun begitu, bukan berarti orangtua membiarkan saja. Berilah pengertian pada anak bahwa cara yang dilakukan tidaklah tepat.
Masalah kemandirian anak BAK dan BAB boleh dikatakan tidak ada perbedaan antara anak wanita dan laki-laki. Biasanya anak wanita lebih penurut, maka ia akan lebih cepat diajarkan untuk toilet training dibanding anak laki-laki. Namun demikian untuk mengajarkan toilet training pada laki-laki pun harus bisa.
Tanda si Kecil Siap
Beberapa tanda si kecil siap melakukan toilet training:
6.      Tidak mengompol beberapa jam sehari, atau bila ia berhasil bangun tidur tanpa mengompol sedikit pun, -
7.       Waktu buang airnya sudah bisa diperkirakan,
8.      Sudah bisa memberitahu bila celana atau popok sekali pakainya sudah kotor ataupun basah.
9.      Tertarik dengan kebiasaan masuk ke dalam toilet, seperti kebiasaan orang-orang lain di dalam rumahnya.
10.  Minta untuk diajari menggunakan toilet.
Tahapan Toilet Training
Mengajarkan toilet training memerlukan beberapa tahapan:
ร˜  Biasakan menggunakan toilet pada buah hati untuk buang air.
Mulailah dengan membiasakan anak masuk ke dalam WC. Latih si kecil untuk duduk di toilet meski dengan pakaian lengkap. saat si kecil sedang membiasakan diri di toilet, Anda dapat menjelaskan kegunaan toilet. Nah, agar si kecil tidak takut di toilet, Anda dapat menemaninya sambil membacakan buku atau menyanyikan lagu kesayangannya.
ร˜  Lakukan secara rutin pada si kecil ketika terlihat ingin buang air.
Sejak si kecil terbiasa dengan toiletnya, ajaklah ia untuk menggunakannya. Biarkan ia duduk di toilet pada waktu-waktu tertentu setiap hari, terutama 20 menit setelah bangun tidur dan seusai makan. Bila pada waktu-waktu itu, si kecil sudah duduk di toilet namun tidak ingin buang air, ajak ia segera keluar dari toilet. Bila sekali-sekali ia mengompol, itu merupakan hal yang normal. Anda juga tak perlu khawatir dan memaksanya bila si kecil kadang-kadang mogok dan tak mau ke toilet.
ร˜  Pujilah bila ia berhasil, meskipun kemajuannya tidak secepat yang anda inginkan
Bila si anak mengalami kecelakaan segera bersihkan dan jangan menyalahkannya. Jadilah model yang baik, agar si kecil lebih mudah mengerti. Contohkan padanya bagaimana menggunakan toilet sehari-hari.

Dafar Pustaka

Entrepreneurship, Jiwa yang Harus Dimiliki Masyarakat Indonesia

Jumat, 19 November 2010

     Jika kita ikuti perkembangan makna pengertian entrepreneur, memang mengalami perubahan-perubahan. Namun, sampai saat ini, pendapat Joseph Schumpeter pada tahun 1912 masih diikuti banyak kalangan, karena lebih luas. Menurut Schumpeter, seorang entrepreneur tidak selalu seorang pedagang ( businessman ) atau seorang manager; ia adalah orang yang unik yang berpembawaan pengambil resiko dan yang memperkenalkan produk-produk inovative dan tehnologi baru ke dalam perekonomian.

     Namun secara pribadi, entrepreneur menurut saya adalah seorang yang memiliki dorongan untuk menciptakan sesuatu yang lain dengan menggunakan waktu dan kegiatan, disertai modal dan resiko, serta menerima balas jasa dan kepuasan serta kebebasan pribadi atas usahanya tersebut. Namun perlu diingat bahwa pengertian dari entrepreneurship memang terlihat lebih mudah dari pada jika anda melaksanakannya langsung

     Untuk menjadi seorang entrepreneur memang tidak mudah, besarnya resiko usaha menjadi salah satu penghalang terbesar bagi masyarakat untuk memulai usaha. Bahkan karena takut menghadapi resiko, banyak masyarakat yang berhenti ditengah jalan dan yang lebih parah lagi banyak diantara mereka yang mundur sebelum mereka mencoba. Mereka lebih memilih zona aman tanpa memikirkan besarnya resiko kerugian. Tak heran jika masyarakat kita lebih berminat menjadi pegawai negeri sipil atau menjadi karyawan di sebuah perusahaan dibandingkan menjadi seorang entrepreneur. Hal ini membuktikan bahwa tidak semua orang memiliki jiwa entrepreneur.

     Apakah Anda termasuk orang yang memiliki jiwa entrepreneur? Berikut kami berikan ciri seorang entrepreneur yang membedakannya dengan orang lain :

1. Memiliki mimpi besar
Seorang entrepreneur selalu memiliki mimpi besar, mereka mulai menjalankan bisnisnya karena adanya motivasi untuk mencapai mimpi besar mereka. Mimpi yang mereka miliki, menjadi tujuan dari semua usaha yang dilakukannya. Sehingga dalam mengambil keputusan, seorang entrepreneur akan menyesuaikannya dengan mimpi yang dimilikinya. Jadi segala peluang usaha yang dijalankannya akan lebih terarah, dan berhasil mencapai kesuksesan. Mimpi seorang entrepreneur bukan sekedar menjadi seorang pegawai, namun ia memiliki cita – cita besar untuk menciptakan lapangan kerja baru yang dapat memberdayakan masyarakat.

2. Pandai mengatasi ketakutannya
Banyak orang yang masih takut untuk mengambil resiko, namun hal ini tidak berlaku bagi seorang entrepreneur. Mereka pandai dalam mengelola ketakutannya dan menumbuhkan keberanian untuk meninggalkan segala kenyamanan yang ada, serta memilih menghadapi sebuah resiko. Namun keberanian untuk menghadapi resiko tetap disertai dengan perhitungan yang matang. Sehingga seorang entrepreneur bukan hanya berani nekat saja, tetapi juga berani bertanggungjawab atas keputusan yang telah diperhitungkannya.

3. Mempunyai cara pandang yang berbeda
Seorang entrepreneur selalu memandang masalah, kesulitan, keadaan lingkungan sekitar, perubahan trend dan kejadian yang sedang dihadapinya saat ini, untuk memunculkan kreativitas guna menciptakan ide – ide bisnis dan konsep bisnis yang memiliki prospek cukup cerah. Selain itu segala kejadian yang ada di sekitarnya menjadi ide bagi mereka, yang selanjutnya dijadikan sebagai peluang usaha baru yang menjadi impiannya.

4. Pemasar sejati atau penjual ulung
Seorang entrepreneur juga memiliki kemampuan dalam menyusun strategi pemasaran bisnis, sehingga dalam membangun sebuah bisnis pertumbuhannya bisa semakin cepat. Tanpa adanya skill ini, orang yang memulai usaha akan memperoeh beban lebih berat dan membutuhkan waktu cukup lama untuk mencapai impiannya.

5. Menyukai tantangan
Banyak orang yang memilih untuk bertahan di zona aman, namun seorang entrepreneur tidak suka berlama – lama dengan kegiatan yang monoton. Dia lebih suka menggunakan kreativitasnya untuk menjadikan tantangan yang dihadapinya menjadi peluang bisnis yang menguntungkan. Bahkan banyak entrepreneur yang menganggap tantangan adalah peluang bagi mereka.

6. Mempunyai keyakinan yang kuat
Ciri yang keenam ini yang sering dilupakan oleh orang lain. Entrepreneur memiliki keyakinan bahwa sebenarnya kegagalan itu tidak ada. Bagi mereka yang ada hanya rintangan besar, sangat besar dan rintangan kecil. Kegagalan hanya muncul pada orang yang tidak berusaha mencari jalan keluar dari masalahnya. Namun dengan menganggap bahwa semuanya hanya rintangan, entrepreneur selalu optimis bahwa semua rintangan bukan akhir dari segalanya dan pasti ada jalan keluar untuk menghancurkan rintangan tersebut

7. Selalu mencari yang terbaik
Selalu berusaha untuk melakukan yang terbaik guna memberikan hasil yang terbaik pula bagi para konsumennya. Itu yang selalu ada dalam diri seorang entrepreneur, mereka cenderung perfectionist. Karena mereka memiliki tujuan untuk mencari cara yang terbaik agar konsumennya tidak merasa kecewa dengan pelayanan yang telah diberikannya.

8. Disiplin waktu untuk pemenuhan target
Kedisiplinan menjadi hal penting bagi seorang entrepreneur, bagi mereka waktu yang terbuang sama halnya melewatkan sebuah peluang besar untuk mendapatkan keuntungan. Maka benar adanya jika ada pepatah yang mengatakan “ time is money ” karena dengan membuang waktu sama halnya dengan melewatkan begitu saja peluang untuk mendapatkan penghasilan. Oleh sebab itu seorang entrepreneur selalu disiplin dalam segala hal, untuk mencapai target yang mereka tentukan.

9. Memiliki kemampuan untuk memimpin
Seorang entrepreneur merupakan pemimpin bagi dirinya sendiri dan pemimpin bagi para karyawannya. Dengan memiliki jiwa kepemimpinan, Anda dapat memotivasi diri sendiri dalam hal pengambilan keputusan. Selain itu ketika menjadi seorang entrepreneur, maka secara tidak langsung Anda juga harus siap menjadi pemimpin yang baik bagi para karyawan Anda, karena mereka berkaca pada diri Anda. Jadilah teladan yang baik bagi karyawan Anda, dan dorong mereka agar dapat memberikan yang terbaik bagi para para konsumen.

10. Pantang menyerah
Yang kesepuluh yaitu pantang menyerah, seorang entrepreneur memiliki visi dan semangat juang yang besar. Mereka pantang menyerah pada hambatan, tidak pernah putus ada untuk selalu mencoba memberikan yang terbaik bagi para konsumennya. Jika menemui jalan buntu, seorang entrepreneur tidak akan diam begitu saja menerima kegagalan. Mereka akan mencari jalan alternatif, agar bisa meraih impiannya.

     Sekian dulu informasi dari saya, sekarang saatnya mencocokan karakter diri Anda dengan ciri entrepreneur yang telah kita bahas. Apakah diri Anda sudah memiliki jiwa entrepreneur seperti diatas? Jika belum, tidaklah jelek untuk mencoba memiliki jiwa – jiwa entrepreneur tersebut.

Motivasi Berkuasa

Rabu, 10 November 2010


Latar Belakang
Saat ini banyak sekali kita menemukan kasus sesorang yang begitu ingin berkuasa, entah itu dalam keluarga, lingkungan rumah, bahkan negara sekalipun. Apa yang mendasari motivasi ini dan apa saja bentuknya menjadi daya tarik sendiri bagi saya untuk menulis makalah ini. Adapun makalah ini juga ditujukan untuk memenuhi tugas Psikologi & teknologi internet Universitas Gunadarma.

BAB II
Pengertian
Motivasi adalah sebuah alasan atau dorongan seseorang untuk bertindak. Orang yang tidak mau bertindak sering kali disebut tidak memiliki motivasi. Alasan atau dorongan itu bisa datang dari luar maupun dari dalam diri. Sebenarnya pada dasarnya semua motivasi itu datang dari dalam diri, faktor luar hanyalah pemicu munculnya motivasi tersebut. Motivasi dari luar adalah motivasi yang pemicunya datang dari luar diri kita. Sementara meotivasi dari dalam ialah motivasinya muncul dari inisiatif diri kita.
Pada dasarnya motivasi itu hanya dua, yaitu untuk meraih kenikmatan atau menghindari dari rasa sakit atau kesulitan. Uang bisa menjadi motivasi kenikmatan maupun motivasi menghindari rasa sakit. Jika kita memikirkan uang supaya kita tidak hidup sengsara, maka disini alasan seseorang mencari uang untuk menghindari rasa sakit. Sebaliknya ada orang yang mengejar uang karena ingin menikmati hidup, maka uang sebagai alasan seseorang untuk meraih kenikmatan.


Teori Motivasi 
Banyak orang yang mencoba menjelaskan bagaimana semua motivasi bekerja. Berikut adalah beberapa diantaranya:
·         Teori Insentif. Yaitu teori yang mengatakan bahwa seseorang akan bergerak atau mengambil tindakan karena ada insentif yang akan dia dapatkan. Misalnya, Anda mau bekerja dari pada sampai sore karena Anda tahu bahwa Anda akan mendapatkan intensif berupa gaji. Jika Anda tahu akan mendapatkan penghargaan, maka Anda pun akan bekerja lebih giat lagi. Yang dimaksud insentif bisa tangible atau intangible. Seringkali sebuah pengakuan dan penghargaan, menjadi sebuah motivasi yang besar.
·         Dorongan Bilogis. Maaf, yang dimaksud bukan hanya masalah seksual saja. Termasuk didalamnya dorongan makan dan minum. Saat ada sebuah pemicu atau rangsangan, tubuh kita akan bereaksi. Sebagai contoh, saat kita sedang haus, kita akan lebih haus lagi saat melihat segelas sirup dingin kesukaan Anda. Perut kita akan menjadi lapar saat mencipum bau masakan favorit Anda. Bisa dikatakan ini adalah dorongan fitrah atau bawaan kita sejak lahir untuk mempertahankan hidup dan keberlangsungan hidup.
·         Teori Hirarki Kebutuhan Teori ini dikenalkan oleh Maslow sehingga kita mengenal hirarki kebutuhan Maslow. Teori ini menyajikan alasan lebih lengkap dan bertingkat. Mulai dari kebutuhan fisiologis, kebutuhan akan kemanan, kebutuhan akan pengakuan sosial, kebutuhan penghargaan, sampai kebutuhan akan aktualisasi diri.
·         Takut Kehilangan vs Kepuasan. Teori ini mengatakan bahwa apda dasarnya ada dua faktor yang memotivasi manusia, yaitu takut kehilangan dan demi kempuasan (terpenuhinya kebutuhan). Takut kehilangan adalah adalah ketakutan akan kehilangan yang sudah dimiliki. Misalnya seseorang yang termotivasi berangkat kerja karena takut kehilangan gaji. Ada juga orang yang giat bekerja demi menjawab sebuah tantangan, dan ini termasuk faktor kepuasan. Konon, faktor takut kehilangan lebih kuat dibanding meraih kepuasan, meskipun pada sebagian orang terjadi sebaliknya.
·         Kejelasan Tujuan Teori ini mengatakan bahwa kita akan bergerak jika kita memiliki tujuan yang jelas dan pasti. Dari teori ini muncul bahwa seseorang akan memiliki motivasi yang tinggi jika dia memiliki tujuan yang jelas. Sehingga muncullah apa yang disebut dengan Goal Setting (penetapan tujuan)
Motivsi berkuasa adalah suatu kemampuan atau kapasitas dari seseorang untuk menghasilkan (baik disadari atau tidak) pengaruh – pengaruh yang diharapkan pada perilaku atau motivasi orang lain. Motivasi berkuasa biasanya ditunjukkan dalam hal jabatan. Banyak cara melihat motivasi sesorang dalam meraih jabatan. Salah satunya, adalah orang yang banyak berbicara adalah mereka yang memiliki motivasi berkuasa.
Demikian dikemukakan oleh guru besar Universitas Padjadjaran (Unpad) Tb. Zulrizka Iskandar dalam orasi yang berjudul Peningkatan Kualitas Manusia dan Masyarakat Indonesia dalam Prespektif Psikologi Sosial.  Ada beberapa ciri seseorang dikatagorikan memiliki motivasi berkuasa. Diantaranya, orang tersebut memiliki kesenangan dalam menasehati orang lain, memberikan opini dan penilaian, mencari posisi untuk memimpin dan mendominasi, berbicara lancar dan banyak bicara. ”Pada dasarnya ada dua tipe manusia yang memiliki motivasi berkuasa. Pertama tipe personal yang cenderung feodal, ingin selalu dominan, kurang tanggung jawab, dan ingin dianggap pahlawan oleh bawahannya,”ujarnya. Sedang tipe kedua adalah keleluasaan institusional. Tipe ini cenderung memiliki ciri positif. Misalnya peduli dan senang bekerja. Zulrizka mengatakan banyak faktor yang dapat menimbulkan penurunan kualitas seseorang dalam berperilaku dengan lingkungan sekitarnya akibat motivasi kekuasaan yang ia miliki. ”Adanya motiv kekuasaan mendorong tingkah laku seseorang untuk mempengaruhi orang lain dan mengendalikan lingkungannya,”katanya. Orang  ini memiliki motivasi berkuasa. Pada umumnya dia kurang matang dalam bersosialisasi dan tidak dapat mengendalikan diri. Menurutnya, untuk menjaga citra agar dapat dihargai, orang tersebut akan berharap dihargai dan dianggap oleh orang lain dan akan menjaga gengsinya. Parahnya lagi, dia akan menunjukkan perilaku konsumtif. ”Disisi lain, lingkungan masyarakat memelihara nilai yang mendorong seseorang untuk memunculkan motivasi berkuasa tipe personal dengan menghargai seseorang karena jabatannya dan kekayaan seseorang sebagai kadar keberhasilan yang kasat mata,”jelasnya. Dengan demikian, banyak masyarakat yang akan mengejar jabatan dan kekayaan dengan berbagai macam cara untuk mendapatkan kekuasaan. Oleh karenanya perilaku tidak terpuji sering terlihat. Seperti konflik antar kelompok, korupsi, ingin menang sendiri, dan melakukan tindak kekerasan. Keadaan ini tentu saja kurang baik bagi perkembangan lingkungan masyarakat.
Pada dasarnya banyak yang telah dilakukan untuk menghilangkan motivasi kekuasaan negatif dalam masyarakat Indonesia. Misalnya dengan memberikan pelatihan dan training motivasi dengan biaya yang sangat mahal. ”Namun kita akui, hingga saat ini hasil yang diharapkan tidak maksimal,”imbuhnya.
Oleh karenanya, Zulriska berharap perlu ada peningkatan kualitas manusia melalui pengembangan kepribadian secara produktif, saling menghargai, dan penegakan hukum secara penuh oleh aparat hukum kepada masyarakat Indonesia secara luas.
Orang yang motif berkuasanya tinggi bercirikan:
(1)   Sangat aktif menentukan arah kegiatan organisasi;
(2)   Sangat peka terhadap pengaruh antar pribadi, dan kelompok;
(3)   Mengutamakan prestise;
(4)   Mengutakan tugas kerja daripada hubungan pribadi;
(5)   Suka memerintah dan mengancam dengan sanksi 
Adapun cara seseorang dalam mengekspresikan dirinya dalam motivasi ini ada beberapa jenis. Antara lain :
(1)   Dengan tindakan yang impulsive dan agresif, khususnya oleh kaum pria dari golongan ekonomi rendah.
(2)   Dengan ikut serta dalam olahraga kompetitif, seperti hoki, sepak bola, dan bola basket, terutama oleh orang – orang dari goolongan social ekonomi menengah ke bawah dan mahasiswa.
(3)   Dengan bergabung pada organisasi dan kantor saham dalam organisasi – organisasi ini.
(4)   Diantara kaum pria, dengan menjadi peminum dan dominan dalam hal seksualitas dengan perempuan.
(5)   Dengan memperoleh dan mengumpulkan barang milik seperti mobil – mobil idaman, senjata, kaset stereo yang klasik, berbagai kartu kredit, dan barang – barang lain.
(6)   Mereka berhubungan dengan orang – orang yang kurang popular dan yang mudah dikontrol karena tergantung pada dirinya untuk persahabatan itu.
(7)   Dengan memilih pekerjaan seperti mengajar, diplomat, bisnis, dan pendeta, pekerjaaan dimana orang dengan nilai tinggi percaya bahwa mereka punya kesempatan untuk mempengaruhi orang lain.
(8)   Dengan membangun dan mendisiplinkan tubuh mereka, ini merupakan cirri dari wanita karir.

BAB III
Kesimpulan
Motivasi adalah sebuah alasan atau dorongan seseorang untuk bertindak. Orang yang tidak mau bertindak sering kali disebut tidak memiliki motivasi. Alasan atau dorongan itu bisa datang dari luar maupun dari dalam diri. Sebenarnya pada dasarnya semua motivasi itu datang dari dalam diri, faktor luar hanyalah pemicu munculnya motivasi tersebut. Motivasi dari luar adalah motivasi yang pemicunya datang dari luar diri kita. Sementara meotivasi dari dalam ialah motivasinya muncul dari inisiatif diri kita. Pada dasarnya motivasi itu hanya dua, yaitu untuk meraih kenikmatan atau menghindari dari rasa sakit atau kesulitan.
Motivasi berkuasa adalah suatu kemampuan atau kapasitas dari seseorang untuk menghasilkan (baik disadari atau tidak) pengaruh – pengaruh yang diharapkan pada perilaku atau motivasi orang lain. Orang yang motif berkuasanya tinggi bercirikan: Sangat aktif menentukan arah kegiatan organisasi; Sangat peka terhadap pengaruh antar pribadi, dan kelompok; Mengutamakan prestise; Mengutakan tugas kerja daripada hubungan pribadi;  Suka memerintah dan mengancam dengan sanksi .

Daftar Pustaka
Davis, K. & Newstrom. 1997. Organizational Behavior Human Behavior at  Work. 10th Edition. New York: The McGraw-Hill  Companies, Inc.
Djidji Suryadi dan Hartoto Hendradjaja. 2001. Kepemimpinan di alam terbuka. Jakarta: Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia. Gibson, J.L., Ivancevich, J.M., Donnelly, J.H. & Konopaske, R. 2003.
Organizations Behavior  Structure Processes. Elevent Edition.  New York: McGraw-Hill Higher Education.
Herzberg, F. 1968. One more time: How Do You Motivaate
Employee?, Harvard Bussiness Review.
Hunsaker, P.L. 2001. Training in Management Skills. Upper Sadle River
New Jersey: Prentice Hall.
Maslow. A.H. 1943. A Theory of Human Motivation, Psychological Review. Vol. 50, pp. 374-396.
McGregor,D. 1957. The Human Side Enterprise. Cambridge: Massachusetts Institute of Technology, April 9.
Porter, L.W. & Lawler III, E.E. 1968. Managerial Attitudes and Performance. Homewood: The Dorsey Press & Richard D. Irwin, Inc.
Verma, V.K. (1996). The Human Aspects of Project Management  Human Resources Skills for the Project Manager. Volume