Final Softskill SIP

Minggu, 25 November 2012


PENGARUH PENGENALAN KOMPUTER PADA PERKEMBANGAN PSIKOLOGI
ANAK: STUDI KASUS TAMAN BALITA SALMAN AL FARISI

Ditulis oleh : Mukhammad Andri Setiawani, Army Widyastuti dan Aulia Nurhuda
Fakultas Teknologi Industri
Universitas Islam Indonesia
Yogyakarta

Kesimpulan
Penelitian dilakukan dengan membagikan kuesioner tentang pengenalan komputer kepada anak yang diberikan kepada orang tua dari anak-anak yang dititipkan di Taman Balita Salman Al Farisi. Dari kuesioner yang telah disebarkan, diperoleh data bahwa semua anak di Taman Balita Salman Al Farisi telah diperkenalkan komputer oleh orang tuanya, baik berupa permainan komputer(computer game), CD interaktif, dan Multimedia.
Untuk mendapatkan data mengenai perkembangan anak, data dari kuesioner orang tua dilengkapi dengan tes perkembangan anak. Dengan demikian diharapkan akan dapat diketahui seberapa jauh perkembangan anak dan hubungannya dengan pengenalan komputer. Alat tes yang dipergunakan untuk menentukan perkembangan anak adalah Kartu Perkembangan Anak (KPA). KPA merupakan wujud deteksi dini (screening) terhadap perkembangan anak. KPA disusun berdasarkan: Bayley Scales of Infant Development, Tes Stanford – Binet, Denver Development Screening Test, Deteksi Kelainan Tumbuh Kembang Dini Depkes RI. Dari hasil pegukuran tersebut menunjukkan bahwa anak dengan dengan interaksi komputer yang lebih intensif menunjukkan nilai KPA dengan selisih yang cukup tinggi dari nilai standar.


MENGENAL INTERAKSI MANUSIA DAN KOMPUTER
Ditulis oleh: Dewi Agushinta Rahayu dan Dyah Pratiwi
Fakultas Sistem Informasi
Universitas Gunadarma
Depok

Kesimpulan
Menurut penelitian ini, Interaksi Manusia dan Komputer (IMK) merupakan subyek yang menggunakan teori dan metode yang relevan dari banyak bidang ilmu, meliputi ilmu-ilmu fisik dan sosial, juga teknik dan seni. Kontribusi yang penting dalam IMK berasaI dari ilmu komputer dan psikologi. Kontribusi laniutan berasal dari matematika, seni grafik, sosiologi dan intelejensi buatan.
Teori psikologi memberikan kontribusi yang besar terhadap pengertian IMK. Psikologi memperhatikan hal-hal tentang pengertian, model, ramalan dan penjelasan tentang apa yang menjadi fenomena paling kompleks, yatu perilaku manusia. Teori psikologi meliputi topic motivasi, emosi dan kesadaran sosial, sosial, dan lain sebagainya sehingga sulit mengatakan bidang psikologi mana yang relevan terhadap IMK karena semua aspek dari perilaku manusia mempunyai pengaruh terhadap interaksi manusia ke komputer dan komputer mempengaruhi perilaku manusia dalam segala cara.


EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN TUTOR SEBAYA TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA DALAM BELAJAR MICROSOFT EXCEL DI KELAS VIII SMP DUA MEI BANJARAN
Ditulis oleh: Dedi Herianto, Parsaoran Siahaan, Jajang Kusnendar
Fakultas Pendidikan Ilmu Komputer
Universitas Pendidikan Indonesia
Bandung

Kesimpulan
Peneliti menggunakan salah satu variabel dalam psikologi yaitu efektivitas. Secara umum, efektivitas bisa diartikan keberhasilan. Dalam penelitian ini efektivitas diartikan sebagai keberhasilan dalam penggunaan metode pembelajaran tutor sebaya terhadap hasil belajar siswa bila dibandingkan dengan penggunaan model pembelajaran konvensional.
Tutor sebaya adalah sekelompok siswa yang telah tuntas terhadap bahan pelajaran, memberikan bantuan kepada siswa yang mengalami kesulitan dalam memahami bahan pelajaran yang dipelajarinya. Bantuan belajar oleh teman sebaya dapat menghilangkan kecanggungan. Bahasa teman sebaya lebih mudah dipahami, selain itu dengan teman sebaya tidak ada rasa enggan, rendah diri, malu, dan sebagainya, sehingga diharapkan siswa yang kurang paham tidak segan-segan untuk mengungkapkan kesulitan-kesulitan yang dihadapinya.
Inti dari metode pembelajaran tutor sebaya adalah pembelajaran yang pelaksanaannya dengan membagi kelas dalam kelompok-kelompok kecil, yang sumber belajarnya bukan hanya guru melainkan juga teman sebaya yang pandai dan cepat dalam menguasai suatu materi tertentu.
Dapat diambil kesimpulan bahwa hasil belajar Teknologi Informasi dan Komunikasi siswa kelas VIII SMP Dua Mei Banjaran Tahun Pelajaran 2009/2010 pada pokok bahasan rumus dan fungsi dengan menggunakan model pembelajaran Tutor Sebaya lebih efektif dibandingkan dengan pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran konvensional dalam hal meningkatkan hasil belajar. Secara umum terjadinya perbedaan hasil belajar dimungkinkan karena dalam model pembelajaran Tutor Sebaya dikembangkan keterampilan siswa dalam bekerja sama, hubungan antara pribadi yang positif dari latar belakang yang berbeda, menerapkan bimbingan antar teman, dan tercipta lingkungan yang menghargai nilai-nilai ilmiah yang dapat membangun motivasi belajar pada siswa dan pada akhirnya akan berpengaruh terhadap hasil belajarnya.

Perbedaan Kepuasan Mahasiswa Pengguna Kartu Selular Teknologi GSM Dan CDMA
Ditulis oleh: Rahmat Sutrisno dan Dona Eka Putri, Psi., M.Psi.
Fakultas Psikologi
Universitas Gundarma
Depok

Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk menelitin apakah ada perbedaan kepuasan mahasiswa pengguna kartu selular GSM dan CDMA. Variabel psikologi yang diukur sudah sangat jelas adalah kepuasan. Kepuasan dalam penelitian ini adalah suatu emosi yang dihasilkan dari penilaian-penilaian atas rangkaian pengalaman. Ketika konsumen mengalami pengalaman yang positif terhadap suatu produk atau pelayanan, maka secara tidak langsung terhadap penilaian yang positif juga terhadap produk dan pelayanan yang bersangkutan, sehingga pada akhirnya tercapailah apa yang disebut dengan kepuasan konsumen.
Ada beberapa hal yang menyebabkan kepuasan konsumen antara lain: kualitas produk, harga, kualitas pelayanan, emosi, dan kemudahan mendapatkan produk. Dari faktor yang menyebabkan kepuasan tersebut dapat ditarik kesimpulan akhir dari penelitian bahwa ada perbedaaan kepuasan mahasiswa pengguna kartu selular teknologi GSM dan CDMA. Hal ini dapat dilihat berdasarkan analisis data yang dilakukan dengan menggunakan uji T (t-test) yaitu, Paired Sample T Test diperoleh nilai t sebesar 10,212 dengan signifikansi 0,000 (p < 0,05). Berarti ada perbedaan kepuasan mahasiswa yang sangat signifikan pengguna kartu selular teknologi GSM dan kartu selular teknologi CDMA.


The Helping Tool For Identification Of Mentally Retarded Children By Web-Based
Ditulis oleh: Umi Fadillah, Eko Nugroho, dan Abdul Kadir
Tim gabungan dari Universitas Surakarta dan Universitas Gajah Mada
Yogyakarta

Kesimpulan
Terkadang orang tua yang memiliki anak yang mengalami ganguan retasrdasi sulit untuk mngetahui kepribadian anak berkebutuhan khusus, hal tersebut menyebabkan sedikitnya pengetahuan untuk memberikan pendidikan dan perhatian yang sesuai dengan kondisi anak. Identifikasi dari gangguan mental yang dialami anak penting dilakukan terutama ketika tahap awal sekolah untuk menentukan pendidikan dan perhatian terhadap anak itu sendiri. Untuk menentukan identifikasi tersebut dbuatlah aplikasi sistem pakar menggunakan PHP dan software lain yang menjanjikan hasil lebih cepat dibandingkan dengan pemeriksaan manual.
Data dari tes yang akan digunakan berasal dari tes CPM (coloured Progessive Matrices) dan karakteristik lain yang menunjukkan gejala retardasi mental. Hasil akhir yang akan didapat adalah skor IQ dan klasifikasi retardasi mental anak secara cepat dan akurat.
Dari hasil penelitian yang dilakukan menggunaan sistem pakar bisa disimpulkan bahwa pengetahuan dasar tentang gejala retardasi mental yang dibuat mengunakan PHP MySQL bisa memberikan hasil yang lebih cepat dibandingkan menggunakan tes manual,sistem pakar ini bisa memberikan hasil yang valid karena merupakan gabungan dari tes dasar IQ dan karakteristik dari anak yang mengalami gangguan mental, data dari sistem pakar ini bisa diupdate tanpa merusak dasar pemrograman, sistem ini bisa membantu psikolog dan guru SLB untuk mengklasifikasikan anak yang mengalami gangguan mental sehingga bisa menberikan yang terbaik untuk mereka. Singkatnya, sistem pakar tentang identifikasi anak yang mengalami gangguan mental sangat bermanfaat baik bagi orang tua, psikolog, bahkan guru SLB tempat mereka akan bersekolah nanti karena memberikan data yang akurat bagaimana mendidik dan memberikan perhatian yang paling tepat untuk mereka.

Sistem Pakar Psikologi Untuk Diagnosa Keterbelakangan Mental

Sabtu, 03 November 2012


Sistem Pakar Psikologi Untuk Diagnosa Keterbelakangan Mental
Sistem pakar merupakan salah satu bagian dari kecerdasan buatan yang akhir – akhir ini mengalami perkembangan yang sangat pesat. Sistem ini dirancang untuk menirukan keahlian seorang pakar dalam menjawab pertanyaan dan menyelesaikan suatu permasalahan baik di bidang kesehatan atau kedokteran, bisnis, ekonomi dan sebagainya. Sistem pakar merupakan program komputer yang mampu menyimpan pengetahuan dan kaidah seorang pakar yang khusus. Sistem pakar sangat membantu untuk pengambilan keputusan, dimana sistem pakar ini dapat mengumpulkan dan menyimpan pengetahuan dari seseorang atau beberapa orang pakar dalam suatu basis pengetahuan (knowledge base) dan menggunakan sistem penalaran yang menyerupai seorang pakar dalam memecahkan masalah. Jadi, sistem pakar ini dapat memecahkan suatu masalah tertentu karena sudah menyimpan pengetahuan secara keseluruhan (Naser dan Zaiter, 2008).
Sulistyohati dan Hidayat (2008) mengatakan bahwa konsep dasar suatu sistem pakar mengandung beberapa unsur, diantaranya adalah keahlian, ahli, pengalihan keahlian, inferensi, aturan, dan kemampuan menjelaskan. Keahlian adalah salah satu penguasaan pengetahuan di bidang tertentu dan mempunyai keinginan untuk belajar memperbaharui pengetahuan dalam bidangnya. Pengalihan keahlian adalah mengalihkan keahlian dari seorang pakar dan kemudian dialihkan lagi ke orang yang bukan ahli atau orang awam yang membutuhkan. Pengalihan keahlian ini adalah tujuan utama dari sistem pakar. Inferensi merupakan suatu rangkaian proses untuk menghasilkan informasi dari fakta yang diketahui atau diasumsikan. Kemampuan menjelaskan merupakan salah satu fitur yang harus dimiliki oleh sistem pakar setelah tersedia program di dalam komputer.
Tujuan pengembangan sistem pakar sebenarnya tidak untuk menggantikan peran para pakar, namun untuk mengimplementasikan pengetahuan para pakar ke dalam bentuk perangkat lunak, sehingga dapat digunakan oleh banyak orang dan tanpa biaya yang besar (Sulistyohati dan Hidayat, 2008). Selain itu, bagi para ahli, sistem pakar ini justru akan membantu aktifitasnya sebagai asisten yang sangat berpengalaman (Handayani dan Sutikno, 2008). Untuk membangun sistem yang difungsikan untuk menirukan seorang pakar manusia harus bisa melakukan hal-hal yang dapat dikerjakan oleh para pakar.
Menurut Setiawan (2009), untuk membangun sistem yang seperti itu, maka dibutuhkan komponen-komponen sebagai berikut:
1.      Basis pengetahuan (Knowledge base). Berisi pengetahuan-pengetahuan yang dibutuhkan untuk memahami, memformulasikan dan memecahkan persoalan. Bentuk basis pengetahuan yang umum digunakan ada 2, yaitu: penalaran berbasis aturan dan penalaran berbasis kasus.
2.      Motor inferensi (inference engine). Ada 2 cara yang dapat dikerjakan dalam melakukan inferensi, yaitu:
a.       Forward chaining merupakan grup dari multiple inferensi yang melakukan pencarian dari suatu masalah kepada solusinya. Forward chaining adalah data-driven karena inferensi dimulai dengan informasi yang tersedia dan baru konklusi diperoleh.
b.      Backward chaining menggunakan pendekatan goal-driven, dimulai dari ekspektasi apa yang diinginkan terjadi (hipotesis), kemudian mencari bukti yang mendukung (atau kontradiktif) dari ekspektasi tersebut.
3.      Blackboard. Merupakan area kerja memori yang disimpan sebagai database untuk deskripsi persoalan terbaru yang ditetapkan oleh data input dan digunakan juga untuk perekaman hipotesis dan keputusan sementara.
4.      Subsistem akuisisi pengetahuan. Akuisisi pengetahuan adalah akumulasi, transfer, dan transformasi keahlian pemecahan masalah dari pakar atau sumber pengetahuan terdokumentasi ke program komputer untuk membangun atau memperluas basis pengetahuan.
5.      Antarmuka pengguna (User Interface). Digunakan untuk media komunikasi antara user dan program.
6.      Subsistem penjelasan. Digunakan untuk melacak respon dan memberikan penjelasan tentang kelakuan sistem pakar secara interaktif melalui pertanyaan.
7.      Sistem penyaring pengetahuan.

Keterbelakangan mental (Mental Retardetion)
1.      Definisi Keterbelakangan mental
Keterbelakangan Mental (Retardasi Mental, RM) adalah suatu keadaan yang ditandai dengan fungsi kecerdasan umum yang berada dibawah rata-rata disertai dengan berkurangnya kemampuan untuk menyesuaikan diri (berprililaku adaptif), yang mulai timbul sebelum usia 10 tahun.


2.      Penyebab Keterbelakangan Mental
Tingkat kecerdasan ditentukan oleh faktor keturunan dan lingkungan. Pada sebagian besar kasus RM, penyebabnya tidak diketahui; hanya 25% kasus yang memiliki penyebab yang spesifik (Maharani,2007). Secara kasar, penyebab RM dibagi menjadi beberapa kelompok:
a.       Trauma (sebelum dan sesudah lahir)
1)      Perdarahan intrakranial sebelum atau sesudah lahir
2)      Hipoksia (kekurangan oksigen), sebelum, selama atau sesudah lahir
3)      Cedera kepala yang berat
b.      Infeksi (bawaan dan sesudah lahir)
1)      Rubella kongenitalis
2)      Meningitis
3)      Infeksi sitomegalovirus bawaan
4)      Ensefalitis
5)      Toksoplasmosis kongenitalis
6)      Infeksi HIV
c.        Kelainan kromosom
1)      Kesalahan pada jumlah kromosom (Sindroma Down)
2)      Defek pada kromosom (sindroma X yang rapuh, sindroma Angelman,sindroma Prader-Willi)
3)      Translokasi kromosom dan sindroma cri du chat
d.       Kelainan genetik dan kelainan metabolik yang diturunkan
1)      Galaktosemia
2)      Penyakit Tay-Sachs
3)      Fenilketonuria
4)      Sindroma Hunter
5)      Sindroma Hurler
6)      Sindroma Sanfilippo
7)      Leukodistrofi metakromatik
8)      Adrenoleukodistrofi
9)      Sindroma Lesch-Nyhan
10)  Sindroma Rett
11)  Sklerosis tuberose
e.       Metabolik
1)      Sindroma Reye
2)      Dehidrasi hipernatremik
3)      Hipotiroid congenital
4)      Hipoglikemia
f.       Keracunan
1)      Pemakaian alkohol, amfetamin dan obat lain pada ibu hamil
2)      Keracunan metilmerkuri
3)      Keracunan timah hitam
g.      Gizi
1)      Kwashiorkor
2)      Marasmus
3)      Malnutrisi
h.      Lingkungan
1)      Kemiskinan
2)      Status ekonomi rendah
3)      Sindroma deprivasi.
Dalam perancangan basis pengetahuan ini digunakan kaidah produksi sebagai sarana untuk representasi pengetahuan. Kaidah produksi dituliskan dalam bentuk pernyataan: JIKA [premis] MAKA [konklusi]. Pada perancangan basis pengetahuan sistem pakar ini premis adalah gejala-gejala yang terlihat pada anak dan konklusi adalah jenis gangguan perkembangan yang diderita anak, sehingga bentuk pernyataannya adalah JIKA [gejala] MAKA [gangguan].
Bagian premis dalam aturan produksi dapat memiliki lebih dari satu proposisi yaitu berarti pada sistem pakar ini dalam satu kaidah dapat memiliki lebih dari satu gejala. Gejala-gejala tersebut dihubungkan dengan menggunakan operator logika DAN. Bentuk pernyatannya adalah:

JIKA [gejala 1]
DAN [gejala 2]
DAN [gejala 3]
MAKA [gangguan]
Adapun contoh kaidah Sistem Pakar menentukan penyebab keterbelakangan mental anak adalah sebagai berikut:
JIKA Anak berusia 10 tahun
DAN Mengidap Rubella kongenitalis
DAN Mengidap Meningitis
MAKA Penyebab keterbelakangan mental anak dari faktor infeksi
Berdasarkan contoh kaidah pengetahuan diatas maka kaidah tersebut dapat disimpan dalam bentuk sebuah tabel sehingga dapat lebih mudah untuk dimengerti. Dimana pada tabel tersebut terdapat kolom jenis-jenis penyebab keterbelakangan mental pada anak.

Contoh sistem pakar sederhana:
1.      Mulai
2.      Entry data awal (Usia, jenis kalamin, dll)
3.      Gejala penyebab (A-H)
4.      Pilihan yes/no dari gejala penyebab tersebut
5.      Selesai
6.      Kesimpulan penyebab utama keterbelakangan mental

Sumber:
Handayani, L dan Sutikno, T. (2008). Sistem pakar untuk diagnosis penyakit tht berbasis web dengan “e2glite expert system shell”. Jurnal Teknologi Industri, Volume 12, Nomor 1.




Naser, A. dan Zaiter, A. (2008). An expert system for diagnosing eye disease using clips. Journal of Theoretical and Applied Information Technology

Setiawan, Anton. (2009). Sistem pakar untuk mendiagnosa penyakit telinga hidung tenggorokan pada manusia. Jurnal Telkomnika, Volume 7, Nomor 3

Sulistyohati, A. dan Hidayat, T. (2008). Aplikasi sistem pakar diagnosa penyakit ginjal dengan metode dempster-shafer. Proceeding of SNASTI.