Sistem Pakar Psikologi Untuk Diagnosa Keterbelakangan Mental

Sabtu, 03 November 2012


Sistem Pakar Psikologi Untuk Diagnosa Keterbelakangan Mental
Sistem pakar merupakan salah satu bagian dari kecerdasan buatan yang akhir – akhir ini mengalami perkembangan yang sangat pesat. Sistem ini dirancang untuk menirukan keahlian seorang pakar dalam menjawab pertanyaan dan menyelesaikan suatu permasalahan baik di bidang kesehatan atau kedokteran, bisnis, ekonomi dan sebagainya. Sistem pakar merupakan program komputer yang mampu menyimpan pengetahuan dan kaidah seorang pakar yang khusus. Sistem pakar sangat membantu untuk pengambilan keputusan, dimana sistem pakar ini dapat mengumpulkan dan menyimpan pengetahuan dari seseorang atau beberapa orang pakar dalam suatu basis pengetahuan (knowledge base) dan menggunakan sistem penalaran yang menyerupai seorang pakar dalam memecahkan masalah. Jadi, sistem pakar ini dapat memecahkan suatu masalah tertentu karena sudah menyimpan pengetahuan secara keseluruhan (Naser dan Zaiter, 2008).
Sulistyohati dan Hidayat (2008) mengatakan bahwa konsep dasar suatu sistem pakar mengandung beberapa unsur, diantaranya adalah keahlian, ahli, pengalihan keahlian, inferensi, aturan, dan kemampuan menjelaskan. Keahlian adalah salah satu penguasaan pengetahuan di bidang tertentu dan mempunyai keinginan untuk belajar memperbaharui pengetahuan dalam bidangnya. Pengalihan keahlian adalah mengalihkan keahlian dari seorang pakar dan kemudian dialihkan lagi ke orang yang bukan ahli atau orang awam yang membutuhkan. Pengalihan keahlian ini adalah tujuan utama dari sistem pakar. Inferensi merupakan suatu rangkaian proses untuk menghasilkan informasi dari fakta yang diketahui atau diasumsikan. Kemampuan menjelaskan merupakan salah satu fitur yang harus dimiliki oleh sistem pakar setelah tersedia program di dalam komputer.
Tujuan pengembangan sistem pakar sebenarnya tidak untuk menggantikan peran para pakar, namun untuk mengimplementasikan pengetahuan para pakar ke dalam bentuk perangkat lunak, sehingga dapat digunakan oleh banyak orang dan tanpa biaya yang besar (Sulistyohati dan Hidayat, 2008). Selain itu, bagi para ahli, sistem pakar ini justru akan membantu aktifitasnya sebagai asisten yang sangat berpengalaman (Handayani dan Sutikno, 2008). Untuk membangun sistem yang difungsikan untuk menirukan seorang pakar manusia harus bisa melakukan hal-hal yang dapat dikerjakan oleh para pakar.
Menurut Setiawan (2009), untuk membangun sistem yang seperti itu, maka dibutuhkan komponen-komponen sebagai berikut:
1.      Basis pengetahuan (Knowledge base). Berisi pengetahuan-pengetahuan yang dibutuhkan untuk memahami, memformulasikan dan memecahkan persoalan. Bentuk basis pengetahuan yang umum digunakan ada 2, yaitu: penalaran berbasis aturan dan penalaran berbasis kasus.
2.      Motor inferensi (inference engine). Ada 2 cara yang dapat dikerjakan dalam melakukan inferensi, yaitu:
a.       Forward chaining merupakan grup dari multiple inferensi yang melakukan pencarian dari suatu masalah kepada solusinya. Forward chaining adalah data-driven karena inferensi dimulai dengan informasi yang tersedia dan baru konklusi diperoleh.
b.      Backward chaining menggunakan pendekatan goal-driven, dimulai dari ekspektasi apa yang diinginkan terjadi (hipotesis), kemudian mencari bukti yang mendukung (atau kontradiktif) dari ekspektasi tersebut.
3.      Blackboard. Merupakan area kerja memori yang disimpan sebagai database untuk deskripsi persoalan terbaru yang ditetapkan oleh data input dan digunakan juga untuk perekaman hipotesis dan keputusan sementara.
4.      Subsistem akuisisi pengetahuan. Akuisisi pengetahuan adalah akumulasi, transfer, dan transformasi keahlian pemecahan masalah dari pakar atau sumber pengetahuan terdokumentasi ke program komputer untuk membangun atau memperluas basis pengetahuan.
5.      Antarmuka pengguna (User Interface). Digunakan untuk media komunikasi antara user dan program.
6.      Subsistem penjelasan. Digunakan untuk melacak respon dan memberikan penjelasan tentang kelakuan sistem pakar secara interaktif melalui pertanyaan.
7.      Sistem penyaring pengetahuan.

Keterbelakangan mental (Mental Retardetion)
1.      Definisi Keterbelakangan mental
Keterbelakangan Mental (Retardasi Mental, RM) adalah suatu keadaan yang ditandai dengan fungsi kecerdasan umum yang berada dibawah rata-rata disertai dengan berkurangnya kemampuan untuk menyesuaikan diri (berprililaku adaptif), yang mulai timbul sebelum usia 10 tahun.


2.      Penyebab Keterbelakangan Mental
Tingkat kecerdasan ditentukan oleh faktor keturunan dan lingkungan. Pada sebagian besar kasus RM, penyebabnya tidak diketahui; hanya 25% kasus yang memiliki penyebab yang spesifik (Maharani,2007). Secara kasar, penyebab RM dibagi menjadi beberapa kelompok:
a.       Trauma (sebelum dan sesudah lahir)
1)      Perdarahan intrakranial sebelum atau sesudah lahir
2)      Hipoksia (kekurangan oksigen), sebelum, selama atau sesudah lahir
3)      Cedera kepala yang berat
b.      Infeksi (bawaan dan sesudah lahir)
1)      Rubella kongenitalis
2)      Meningitis
3)      Infeksi sitomegalovirus bawaan
4)      Ensefalitis
5)      Toksoplasmosis kongenitalis
6)      Infeksi HIV
c.        Kelainan kromosom
1)      Kesalahan pada jumlah kromosom (Sindroma Down)
2)      Defek pada kromosom (sindroma X yang rapuh, sindroma Angelman,sindroma Prader-Willi)
3)      Translokasi kromosom dan sindroma cri du chat
d.       Kelainan genetik dan kelainan metabolik yang diturunkan
1)      Galaktosemia
2)      Penyakit Tay-Sachs
3)      Fenilketonuria
4)      Sindroma Hunter
5)      Sindroma Hurler
6)      Sindroma Sanfilippo
7)      Leukodistrofi metakromatik
8)      Adrenoleukodistrofi
9)      Sindroma Lesch-Nyhan
10)  Sindroma Rett
11)  Sklerosis tuberose
e.       Metabolik
1)      Sindroma Reye
2)      Dehidrasi hipernatremik
3)      Hipotiroid congenital
4)      Hipoglikemia
f.       Keracunan
1)      Pemakaian alkohol, amfetamin dan obat lain pada ibu hamil
2)      Keracunan metilmerkuri
3)      Keracunan timah hitam
g.      Gizi
1)      Kwashiorkor
2)      Marasmus
3)      Malnutrisi
h.      Lingkungan
1)      Kemiskinan
2)      Status ekonomi rendah
3)      Sindroma deprivasi.
Dalam perancangan basis pengetahuan ini digunakan kaidah produksi sebagai sarana untuk representasi pengetahuan. Kaidah produksi dituliskan dalam bentuk pernyataan: JIKA [premis] MAKA [konklusi]. Pada perancangan basis pengetahuan sistem pakar ini premis adalah gejala-gejala yang terlihat pada anak dan konklusi adalah jenis gangguan perkembangan yang diderita anak, sehingga bentuk pernyataannya adalah JIKA [gejala] MAKA [gangguan].
Bagian premis dalam aturan produksi dapat memiliki lebih dari satu proposisi yaitu berarti pada sistem pakar ini dalam satu kaidah dapat memiliki lebih dari satu gejala. Gejala-gejala tersebut dihubungkan dengan menggunakan operator logika DAN. Bentuk pernyatannya adalah:

JIKA [gejala 1]
DAN [gejala 2]
DAN [gejala 3]
MAKA [gangguan]
Adapun contoh kaidah Sistem Pakar menentukan penyebab keterbelakangan mental anak adalah sebagai berikut:
JIKA Anak berusia 10 tahun
DAN Mengidap Rubella kongenitalis
DAN Mengidap Meningitis
MAKA Penyebab keterbelakangan mental anak dari faktor infeksi
Berdasarkan contoh kaidah pengetahuan diatas maka kaidah tersebut dapat disimpan dalam bentuk sebuah tabel sehingga dapat lebih mudah untuk dimengerti. Dimana pada tabel tersebut terdapat kolom jenis-jenis penyebab keterbelakangan mental pada anak.

Contoh sistem pakar sederhana:
1.      Mulai
2.      Entry data awal (Usia, jenis kalamin, dll)
3.      Gejala penyebab (A-H)
4.      Pilihan yes/no dari gejala penyebab tersebut
5.      Selesai
6.      Kesimpulan penyebab utama keterbelakangan mental

Sumber:
Handayani, L dan Sutikno, T. (2008). Sistem pakar untuk diagnosis penyakit tht berbasis web dengan “e2glite expert system shell”. Jurnal Teknologi Industri, Volume 12, Nomor 1.




Naser, A. dan Zaiter, A. (2008). An expert system for diagnosing eye disease using clips. Journal of Theoretical and Applied Information Technology

Setiawan, Anton. (2009). Sistem pakar untuk mendiagnosa penyakit telinga hidung tenggorokan pada manusia. Jurnal Telkomnika, Volume 7, Nomor 3

Sulistyohati, A. dan Hidayat, T. (2008). Aplikasi sistem pakar diagnosa penyakit ginjal dengan metode dempster-shafer. Proceeding of SNASTI.

2 komentar:

Mark mengatakan...

kita juga punya nih artikel mengenai 'pakar', silahkan dikunjungi dan dibaca , berikut linknya
http://repository.gunadarma.ac.id/bitstream/123456789/2576/1/232.pdf
terima kasih

Unknown mengatakan...

Kang Wahid : lengkap mas sistem pakar psikologinya izin baca baca

Posting Komentar