Sistem
Pakar Psikologi Untuk Diagnosa Keterbelakangan Mental
Sistem pakar merupakan
salah satu bagian dari kecerdasan buatan yang akhir – akhir ini mengalami
perkembangan yang sangat pesat. Sistem ini dirancang untuk menirukan keahlian
seorang pakar dalam menjawab pertanyaan dan menyelesaikan suatu permasalahan baik
di bidang kesehatan atau kedokteran, bisnis, ekonomi dan sebagainya. Sistem
pakar merupakan program komputer yang mampu menyimpan pengetahuan dan kaidah
seorang pakar yang khusus. Sistem pakar sangat membantu untuk pengambilan
keputusan, dimana sistem pakar ini dapat mengumpulkan dan menyimpan pengetahuan
dari seseorang atau beberapa orang pakar dalam suatu basis pengetahuan (knowledge
base) dan menggunakan sistem penalaran yang menyerupai seorang pakar dalam
memecahkan masalah. Jadi, sistem pakar ini dapat memecahkan suatu masalah
tertentu karena sudah menyimpan pengetahuan secara keseluruhan (Naser dan
Zaiter, 2008).
Sulistyohati dan
Hidayat (2008) mengatakan bahwa konsep dasar suatu sistem pakar mengandung
beberapa unsur, diantaranya adalah keahlian, ahli, pengalihan keahlian,
inferensi, aturan, dan kemampuan menjelaskan. Keahlian adalah salah satu
penguasaan pengetahuan di bidang tertentu dan mempunyai keinginan untuk belajar
memperbaharui pengetahuan dalam bidangnya. Pengalihan keahlian adalah
mengalihkan keahlian dari seorang pakar dan kemudian dialihkan lagi ke orang
yang bukan ahli atau orang awam yang membutuhkan. Pengalihan keahlian ini
adalah tujuan utama dari sistem pakar. Inferensi merupakan suatu rangkaian
proses untuk menghasilkan informasi dari fakta yang diketahui atau diasumsikan.
Kemampuan menjelaskan merupakan salah satu fitur yang harus dimiliki oleh sistem
pakar setelah tersedia program di dalam komputer.
Tujuan pengembangan
sistem pakar sebenarnya tidak untuk menggantikan peran para pakar, namun untuk
mengimplementasikan pengetahuan para pakar ke dalam bentuk perangkat lunak,
sehingga dapat digunakan oleh banyak orang dan tanpa biaya yang besar
(Sulistyohati dan Hidayat, 2008). Selain itu, bagi para ahli, sistem pakar ini
justru akan membantu aktifitasnya sebagai asisten yang sangat berpengalaman
(Handayani dan Sutikno, 2008). Untuk membangun sistem yang difungsikan untuk
menirukan seorang pakar manusia harus bisa melakukan hal-hal yang dapat
dikerjakan oleh para pakar.
Menurut Setiawan
(2009), untuk membangun sistem yang seperti itu, maka dibutuhkan komponen-komponen
sebagai berikut:
1. Basis
pengetahuan (Knowledge base). Berisi pengetahuan-pengetahuan yang dibutuhkan
untuk memahami, memformulasikan dan memecahkan persoalan. Bentuk basis
pengetahuan yang umum digunakan ada 2, yaitu: penalaran berbasis aturan dan
penalaran berbasis kasus.
2. Motor
inferensi (inference engine). Ada 2 cara yang dapat dikerjakan dalam melakukan
inferensi, yaitu:
a.
Forward chaining merupakan grup
dari multiple inferensi yang melakukan pencarian dari suatu masalah
kepada solusinya. Forward chaining adalah data-driven karena
inferensi dimulai dengan informasi yang tersedia dan baru konklusi diperoleh.
b.
Backward chaining menggunakan
pendekatan goal-driven, dimulai dari ekspektasi apa yang diinginkan
terjadi (hipotesis), kemudian mencari bukti yang mendukung (atau kontradiktif)
dari ekspektasi tersebut.
3. Blackboard.
Merupakan area kerja memori yang disimpan sebagai database untuk deskripsi
persoalan terbaru yang ditetapkan oleh data input dan digunakan juga untuk
perekaman hipotesis dan keputusan sementara.
4. Subsistem
akuisisi pengetahuan. Akuisisi pengetahuan adalah akumulasi, transfer, dan
transformasi keahlian pemecahan masalah dari pakar atau sumber pengetahuan
terdokumentasi ke program komputer untuk membangun atau memperluas basis
pengetahuan.
5. Antarmuka
pengguna (User Interface). Digunakan untuk media komunikasi antara user dan
program.
6. Subsistem
penjelasan. Digunakan untuk melacak respon dan memberikan penjelasan tentang
kelakuan sistem pakar secara interaktif melalui pertanyaan.
7. Sistem
penyaring pengetahuan.
Keterbelakangan mental (Mental
Retardetion)
1. Definisi
Keterbelakangan mental
Keterbelakangan Mental
(Retardasi Mental, RM) adalah suatu keadaan yang ditandai dengan fungsi
kecerdasan umum yang berada dibawah rata-rata disertai dengan berkurangnya
kemampuan untuk menyesuaikan diri (berprililaku adaptif), yang mulai timbul
sebelum usia 10 tahun.
2. Penyebab
Keterbelakangan Mental
Tingkat kecerdasan
ditentukan oleh faktor keturunan dan lingkungan. Pada sebagian besar kasus RM,
penyebabnya tidak diketahui; hanya 25% kasus yang memiliki penyebab yang spesifik
(Maharani,2007). Secara kasar, penyebab RM dibagi menjadi beberapa kelompok:
a. Trauma
(sebelum dan sesudah lahir)
1) Perdarahan
intrakranial sebelum atau sesudah lahir
2) Hipoksia
(kekurangan oksigen), sebelum, selama atau sesudah lahir
3) Cedera
kepala yang berat
b. Infeksi
(bawaan dan sesudah lahir)
1) Rubella
kongenitalis
2) Meningitis
3) Infeksi
sitomegalovirus bawaan
4) Ensefalitis
5) Toksoplasmosis
kongenitalis
6) Infeksi
HIV
c. Kelainan kromosom
1) Kesalahan
pada jumlah kromosom (Sindroma Down)
2) Defek
pada kromosom (sindroma X yang rapuh, sindroma Angelman,sindroma Prader-Willi)
3) Translokasi
kromosom dan sindroma cri du chat
d. Kelainan genetik dan kelainan metabolik yang
diturunkan
1) Galaktosemia
2) Penyakit
Tay-Sachs
3) Fenilketonuria
4) Sindroma
Hunter
5) Sindroma
Hurler
6) Sindroma
Sanfilippo
7) Leukodistrofi
metakromatik
8) Adrenoleukodistrofi
9) Sindroma
Lesch-Nyhan
10) Sindroma
Rett
11) Sklerosis
tuberose
e. Metabolik
1) Sindroma
Reye
2) Dehidrasi
hipernatremik
3) Hipotiroid
congenital
4) Hipoglikemia
f. Keracunan
1) Pemakaian
alkohol, amfetamin dan obat lain pada ibu hamil
2) Keracunan
metilmerkuri
3) Keracunan
timah hitam
g. Gizi
1) Kwashiorkor
2) Marasmus
3) Malnutrisi
h. Lingkungan
1) Kemiskinan
2) Status
ekonomi rendah
3) Sindroma deprivasi.
Dalam
perancangan basis pengetahuan ini digunakan kaidah produksi sebagai sarana
untuk representasi pengetahuan. Kaidah produksi dituliskan dalam bentuk
pernyataan: JIKA [premis] MAKA [konklusi]. Pada perancangan basis pengetahuan
sistem pakar ini premis adalah gejala-gejala yang terlihat pada anak dan
konklusi adalah jenis gangguan perkembangan yang diderita anak, sehingga bentuk
pernyataannya adalah JIKA [gejala] MAKA [gangguan].
Bagian
premis dalam aturan produksi dapat memiliki lebih dari satu proposisi yaitu
berarti pada sistem pakar ini dalam satu kaidah dapat memiliki lebih dari satu
gejala. Gejala-gejala tersebut dihubungkan dengan menggunakan operator logika DAN.
Bentuk pernyatannya adalah:
JIKA [gejala 1]
DAN [gejala 2]
DAN [gejala 3]
MAKA [gangguan]
Adapun
contoh kaidah Sistem Pakar menentukan penyebab keterbelakangan mental anak
adalah sebagai berikut:
JIKA Anak berusia
10 tahun
DAN Mengidap Rubella
kongenitalis
DAN Mengidap Meningitis
MAKA Penyebab keterbelakangan
mental anak dari faktor infeksi
Berdasarkan contoh kaidah pengetahuan diatas maka kaidah
tersebut dapat disimpan dalam bentuk sebuah tabel sehingga dapat lebih mudah
untuk dimengerti. Dimana pada tabel tersebut terdapat kolom jenis-jenis penyebab
keterbelakangan mental pada anak.
Contoh
sistem pakar sederhana:
1. Mulai
2. Entry
data awal (Usia, jenis kalamin, dll)
3. Gejala
penyebab (A-H)
4. Pilihan
yes/no dari gejala penyebab tersebut
5. Selesai
6. Kesimpulan
penyebab utama keterbelakangan mental
Sumber:
Handayani,
L dan Sutikno, T. (2008). Sistem pakar
untuk diagnosis penyakit tht berbasis web dengan “e2glite expert system shell”.
Jurnal Teknologi Industri, Volume 12, Nomor 1.
http://blog.stikom.edu/julianto/tag/expert-system/
diakses tanggal 3 november 2012
http://expertsys-es.blogspot.com/2011/06/contoh-aplikasi-sistem-pakar.html
diakses tanggal 3 november 2012
http://journal.uii.ac.id/index.php/media-informatika/article/viewFile/106/66
diakses tanggal 3 november 2012
Naser,
A. dan Zaiter, A. (2008). An expert
system for diagnosing eye disease using clips. Journal of Theoretical and
Applied Information Technology
Setiawan,
Anton. (2009). Sistem pakar untuk
mendiagnosa penyakit telinga hidung tenggorokan pada manusia. Jurnal
Telkomnika, Volume 7, Nomor 3
Sulistyohati,
A. dan Hidayat, T. (2008). Aplikasi
sistem pakar diagnosa penyakit ginjal dengan metode dempster-shafer.
Proceeding of SNASTI.
2 komentar:
kita juga punya nih artikel mengenai 'pakar', silahkan dikunjungi dan dibaca , berikut linknya
http://repository.gunadarma.ac.id/bitstream/123456789/2576/1/232.pdf
terima kasih
Kang Wahid : lengkap mas sistem pakar psikologinya izin baca baca
Posting Komentar