Menurut Dra Maryam Rudiyanto (dalam Gunarsa, 2006), perceraian yang terjadi antara orang tua paling dirasakan akibatnya oleh anak. Anak-anak ini akan mengalami masalah emosional, penyesuaian diri dan dalam mengekspresikan perasaannya. Bagi anak wanita, melalui ayah ia memperoleh nilai-nilai hubungannya dengan laki-laki di masa yang akan dating. Apabila ia memiliki gambaran yang buruk tentang ayahnya, tentu ia akan mengalami gangguan dalam membina hubungan dengan calon suaminya di masa yang akan datang. Sebaliknya, bila ia menganggap ibunya tidak baik, maka mereka akan kehilangan kepercayaan kepadanya dan pada semua kaum wanita pada umumnya.
Dra. Maryam Rudiyanto (dalam Gunarsa, 2006) menambahkan bahwa suasana yang ditimbulkan akibat perceraian akan mempengaruhi rasa aman seorang anak. Anak akan merasakan kurangnya kasih sayang dan perlindungan dari kedua orang tuanya. Padahal, anak masih masih memerlukan ayah dan ibu untuk menemani dan memberi perhatian kepadanya.
Kurang lebih setengah dari kasus perceraian dalam keluarga melibatkan anak-anak. Menurut Seccombe dan Warner (2004), akibat perceraian pada anak dapat dibagi menjadi:.
a) Akibat jangka pendek
a) Ikut terlibat dalam konflik antar orangtua. Anak seringkali menjadi senjata untuk menyakiti pasangan yang lain atau dimanfaatkan untuk memperoleh informasi dari pihak berlawanan. Oleh karena itu anak tidak akan mengalami masalah emosional dan perilaku bila kedua orangtua saling mengontrol diri di hadapan anak.
b) Menghadapi rasa kehilangan salah satu orangtua. Biasanya proses perceraian membuat anak harus tinggal bersama salah satu orangtua saja, umumnya dengan ibu. Akibatnya, waktu untuk bersama orangtua yang lain menjadi berkurang dan mulai kehilangan figur mereka. Lebih dari 20 persen anak-anak bertemu dengan ayah mereka sekali setahun atau kurang, setengah dari mereka bertemu dengan ayahnya kurang dari sekali sebulan. Hanya 12 persen dari anak-anak yang dilaporkan bertemu ayahnya minimal beberapa kali dalam seminggu.
c) Standar hidup berubah. Secara ekonomi, standar hidup menjadi berkurang sehingga berakibat pada kebutuhan sehari-hari, kegiatan liburan dan gaya hidup yang dijalani sebelumnya sudah tidak dapat dilakukan lagi.
d) Harus menyesuaikan diri dengan perubahan yang ada, seperti pindah rumah, pindah sekolah, meninggalkan lingkungan yang sudah nyaman bagi anak.
b) Akibat jangka panjang
Pada umumnya, 10 tahun setelah peristiwa perceraian, lebih dari sepertiga anak-anak masih merasa depresi dan memiliki masalah perilaku yang berkaitan dengan problem perceraian orangtua. Tetapi tidak semua anak-anak yang mengalami perceraian orangtua mengalami hal itu. Ada pula anak-anak yang mengalami sukses dalam hidup, mampu menyesuaikan diri dengan baik dan hidup bahagia walaupun orangtua mereka bercerai.
Faktor usia dan jenis kelamin juga mempengaruhi proses adaptasi. Perceraian biasanya lebih mempengaruhi anak-anak yang masih muda dan anak laki-laki cenderung lebih rentan dibandingkan anak perempuan. Anak laki-laki cenderung berprestasi lebih buruk di sekolah dibandingkan anak perempuan serta memiliki masalah perilaku seperti suka berkelahi, memiliki kecemasan, dan lain sebagainya. Namun hal itu cenderung terjadi pada anak laki-laki yang minim kontak dengan figur ayah.
Faktor usia dan jenis kelamin juga mempengaruhi proses adaptasi. Perceraian biasanya lebih mempengaruhi anak-anak yang masih muda dan anak laki-laki cenderung lebih rentan dibandingkan anak perempuan. Anak laki-laki cenderung berprestasi lebih buruk di sekolah dibandingkan anak perempuan serta memiliki masalah perilaku seperti suka berkelahi, memiliki kecemasan, dan lain sebagainya. Namun hal itu cenderung terjadi pada anak laki-laki yang minim kontak dengan figur ayah.
0 komentar:
Posting Komentar